SMJTimes.com – Pernahkah Anda membayangkan kehidupan berjalan di dalam pikiran Anda? Anda mungkin membangun skenario seperti mengobrol dengan seseorang yang Anda sukai atau maju presentasi di depan bos dan rekan kerja sebelum Anda tidur. Hal seperti ini disebut dengan fake scenario atau skenario palsu.
Pengguna media sosial dan TikTok mengklain bahwa membuat skenario palsu dapat menambah rutinitas sebelum tidur yang membosankan. Beberapa orang juga berpikiran bahwa membangun cerita dalam pikiran dapat memengaruhi kita dalam melihat realitas yang ada, hingga dihubungkan dengan tanda-tanda kesehatan mental.
Meski demikian, sebuah skenario kecil sebelum tidur disebut sebagai trik efektif yang digunakan orang untuk tertidur.
Benarkah demikian? Simak penjelasan berikut!
Kenapa seseorang menciptakan fake scenario?
Dikutip dari Sleepopolis, Brandy Smith yang merupakan seorang psikolog berlisensi di Thriveworks di Birmingham, Alabama mengatakan, orang-orang sering membayangkan skenario fiksi dalam pikiran mereka sebelum tertidur dengan harapan memperoleh ketenangan. Praktik ini membantu orang tersebut merasa lebih siap menghadapi kemungkinan kejadian esok hari, seperti memberikan rasa landasan dan keamanan.
Namun, dia mengatakan ada perbedaan antara mempersiapkan sebuah skenario dan merasa tertekan atas suatu skenario, yang merupakan sesuatu yang harus diperhatikan ketika membuat skenario palsu sebelum tidur.
“Kadang-kadang ketika orang khawatir atau cemas tentang sesuatu, membuat skenario tentang apa yang mungkin terjadi serta merencanakan dan melakukan brainstorming ide dapat membantu mereka merasa lebih aman dalam berbagai situasi,” katanya.
Namun, ia juga memberi peringatan bahwa ada kalanya membuat ‘skenario palsu’ mungkin bermanfaat, tetapi perlu dibatasi jika hal tersebut meningkatkan kecemasan terhadap sesuatu yang belum terjadi.
Smith juga mengatakan, perenungan sebelum tidur, yaitu berpikir berulang-ulang sebelum tidur, dapat dengan mudah menyebabkan kecemasan dan pikiran berkecamuk sebelum tidur.
Selain itu, jika membangun fake skenario mulai memberikan tanda-tanda gangguan kesehatan mental, seperti sulit membedakan imajinasi dan realitas, Smith mengatakan untuk mempertimbangkan cara lain sebelum tidur. Misalnya, berbicara dengan orang lain, membaca buku, membaca artikel online, atau menonton video. Namun, jika tidak membantu, konsultasikan hal tersebut kepada penyedia layanan kesehatan.
Sementara itu, pelatih psikologi positif bersertifikat Dawn Baxter mengatakan bahwa pemikiran seperti itu dapat memiliki tujuan praktis, yakni sebagai sarana untuk membangun coping and thriving strategies atau strategi mengatasi dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari, dikutip dari Metro
Ini mungkin suatu cara untuk membuat Anda tetap tenang dan stabil saat akan menghadapi suatu hal yang sering kali membuat Anda gugup, bahkan kemungkinan negatif sekalipun.
Selain itu, sebuah skenario bisa menjadi landasan untuk menentukan sikap terbaik saat menghadapi hal tersebut. Baxter menyebutnya dengan Gladi resik.
“Mungkin Anda memikirkan bagaimana rasanya jika orang yang Anda sukai memperhatikan Anda, bagaimana reaksi Anda, bagaimana Anda bisa ‘tetap tenang’. Mungkin Anda sedang mempertimbangkan apa yang akan terjadi jika terjadi situasi negatif,” jelas Baxter.
“Seperti Dr Strange yang memainkan skenario Thanos dalam pikirannya sebanyak 14.000.605 kali untuk menemukan skenario yang benar-benar menguntungkan mereka dan menyelamatkan planet ini, Anda mungkin melakukan gladi bersih untuk memastikan bahwa Anda siap menghadapi skenario terbaik,” jelas Baxter. (*)
Komentar