SMJTimes.com – Sejumlah aktor dan aktris berbakat Indonesia terlibat dalam proyek film Budi Pekerti. Mereka adalah Sha Ine Febriyanti, Prilly Latuconsina, Angga Yunanda dan Dwi Sasono. Mereka berperan sebagai sebuah keluarga kecil biasa yang tinggal di Yogyakarta. Namun, karena sebuah peristiwa, mereka mendadak viral hingga harus mengalami cyberbullying di media sosial.
Budi pekerti menyoroti tentang isu-isu sosial yang sedang berkembang saat ini, mulai dari bullying di media sosial, keviralan, hingga mental health. Berbagai konflik yang berlapis ini disajikan dengan akting yang tak main-main dari para pemerannya. Mereka berhasil membawakan karakter-karakter yang memiliki masalah masing-masing.
Meski berhasil menunjukkan penampilan cemerlang, keempat pemain utama Budi Pekerti juga memiliki sejumlah tantangan dalam memerankan tokoh.
Sha Ine Febriyanti ditantang akting dengan intens
Dalam keterangannya baru-baru ini saat menghadiri penayangan perdana film Budi Pekerti di Plaza Senayan, Jakarta, Sha Ine Febriyanti berkata bahwa sejak viral, kehidupan Bu Prani tidak pernah tenang. Untuk menunjukkan emosi tersebut, dirinya tertantang untuk bermain dengan lebih intens.
“Wah, ini tantangan besar buat saya. Biasanya saya bermain film, di teater yang dikoreksinya besar, di sini saya harus bermain dengan sangat subtil,” ujar Sha Ine Febriyanti, dikutip dari Antara.
“Script (naskah) ini aku baca Bu Prani ada di setiap scene, nggak ada yang di fase lega,” lanjutnya.
Menurutnya, hal tersebut merupakan tantangan untuknya agar bisa bermain dengan lebih baik lagi. Dia juga mengaku terlibat secara emosional usai membaca naskah film tersebut.
Prilly Latuconsina menangis dengan satu mata
Film ini disutradarai oleh Wregas Bhanuteja yang secara detail memberikan arahan kepada para pemain saat melakukan akting. Prilly Latuconsina juga sempat diminta permintaan yang menarik, yakni mencoba menangis dengan satu mata.
Ini juga menjadi permintaan paling menantang karena dirinya harus menahan emosi.
“Ada banyak request menarik ya, seperti air mata keluar dari mata kiri aja, dialog ini sambil gigit bibir, habis dialog jangan lupa menelan ludah,” ucap Prilly, dikutip dari CNN Indonesia.
Prilly mengatakan bahwa detail-detail tersebut baru dipelajari olehnya saat berperan di film Budi Pekerti ini.
“Detail-detail kayak gitu aku belum pernah pelajari sebelumnya, tapi sama Kak Wregas aku jadi tahu,” katanya lagi.
Angga Yunanda kesulitan berdialog bahasa Jawa
Pemain lainnya, Angga Yunanda juga mengalami kesulitan dalam dialog saat memerankan Muklas di Budi Pekerti. Film ini mengambil latar di kota Yogyakarta pada masa pandemi, sehingga dirinya dituntut untuk lebih banyak menggunakan dialek bahasa Jawa.
Wregas Bhanuteja, sang sutradara pun memintanya agar menggunakan padanan kata yang mirip, sehingga itu cukup memudahkan baginya.
“Hal yang paling aku syukuri di-direct sama kak Wregas. Perhatiannya sangat luar biasa ke pemain-pemainnya. Kata yang nggak akan berhasil aku lakukan, ya sudah kita ganti yang kata-katanya. Jarang ada sutradara seperti itu,” kata Angga, dilansir dari Jawapos.
Dwi Sasono perankan karakter bipolar
Dalam film ini, Dwi Sasono perankan bapak pengidap bipolar bernama Pak Didit. Menurutnya, ia tidak mengalami kesulitan berarti dalam memerankan karakternya tersebut. Meski demikian, ia harus melakukan riset lebih dulu tentang bipolar untuk memberikan akting yang meyakinkan lewat gestur dan ekspresi wajah.
Aktor tersebut juga mengatakan bahwa dirinya banyak belajar dari artikel dan video untuk memerankan karakter pengidap bipolar.
“Aku cari artikel terus gue lihat juga di YouTube, juga video-video ada beberapa yang memang orang mengalami bipolar,” ungkap Dwi Sasono di sesi bincang-bincang HAHAHA TV yang tayang di YouTube pada Jumat (3/11/2023).
“(Orang bipolar) lagi maniac tu kayak apa, dan saat mereka kenapa tidurnya kok lama gitu,” imbuhnya.
Tak hanya dari video dan artikel, Dwi Sasono juga banyak berdiskusi dengan sang sutradara, Wregas Bhanuteja.
“Tapi bukan ke situnya sebenernya. Gue sama Wregas lebih banyak diskusinya ke kita cari background-nya tuh apa sih sebetulnya ke belakang,” jelasnya lagi. (*)
Komentar