Benarkah Arah Pandangan Mata Bisa Deteksi Kebohongan?

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Pakar komunikasi mempercayai bahwa mata atau pandangan seseorang mampu mendeteksi apakah mereka sedang berbohong atau tidak. Berasal dari teori-teori tersebut, beberapa orang percaya, seseorang yang banyak bicara sambil mengarahkan mata ke kiri, kanan, atas bawah, perlu dipertanyakan kejujurannya.

Namun, apakah akan selalu demikian?

Sebenarnya, pergerakan mata dapat menunjukkan bagaimana mereka memproses informasi. Neuro Linguistic Programming (NLP) merupakan sistem yang dikembangkan pada tahun 1975 oleh Richard Bandler dan John Grinder untuk memahami bagaimana pengalaman pribadi seseorang membentuk cara memproses informasi.

Mereka menunjukkan bahwa seseorang yang melihat ke sudut kanan atas saat berbicara sedang mengambil informasi dari ingatan visualnya. Ini dikenal sebagai ingatan visual. Sementara seseorang yang melihat ke sudut kiri atas sedang membangun ide (bukan dari ingatan) visualnya. Ini disebut dengan konstruksi visual.

Lebih lanjut, Bandler dan Grinder berhipotesis bahwa ketika seseorang mengingat suara, mereka akan melihat ke samping ke arah kanan. Reaksi ini dikenal sebagai ingatan verbal. Sementara, jika mereka membayangkan suara baru, seperti nyanyian opera, mereka akan melihat ke kiri. Reaksi ini disebut konstruksi verbal.

Menurut teori NLP, posisi mata menatap ke bawah ke kanan bawah juga berarti orang tersebut sedang mengingat apa yang dirasakan, dan menatap ke kiri bawah berarti mereka sedang memproses dialog interpersonal mereka.

Kendati demikian, hasil penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian tentang pergerakan mata juga tidak cukup membuktikan terkait kebohongan.

Pada tahun 2012, peneliti menguji tentang pergerakan mata. Saat partisipan menjawab serangkaian pertanyaan, peneliti melacak berapa kali peserta melihat ke kanan atas atau ke kiri atas. Gerakan-gerakan ini diberi kode dan dibandingkan dengan hipotesis para ahli NLP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan ke kanan atas tidak menunjukkan kebohongan. Melihat ke atas dan ke kiri juga tidak menunjukkan kebenaran.

Kemudian, pada percobaan kedua, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak cukup penilaian untuk klaim deteksi kebohongan dengan teori pergerakan mata. Kemudian, percobaan terakhir, dua penilai independen menonton video orang-orang yang dikenal sebagai pembohong dan orang yang mengatakan kebenaran. Dari semua video yang dilihat oleh penilai, tidak ada tatapan mata kiri atas atau kanan atas.

Tak satu pun penelitian ini memberikan bukti bahwa teori NLP tentang gerakan mata dan deteksi kebohongan dapat diandalkan atau akurat.

Banyak ahli yang menyadari bahwa menemukan kebohongan itu sulit. Studi ilmiah dilakukan untuk menguji seberapa baik petugas polisi mampu mendeteksi kebenaran vs kebohongan. Hasil penelitian menemukan bahwa keakuratan mendeteksi seseorang bersikap jujur adalah 67%, sementara mendeteksi kebohongan memiliki tingkat akurasi hanya 44%. (*)

Komentar