SMJTimes.com – Pembahasan seputar tipe kepribadian memang tidak ada habisnya. Jika dulu banyak yang mengaitkan sifat dan karakter seseorang dengan golongan darah, kini MBTI menjadi topik yang menarik untuk dibahas.
Dari MBTI, kita mengenal istilah introvert dan ekstrovert. Istilah tersebut bahkan sudah umum diketahui oleh kebanyakan orang, sehingga sering muncul stereotip-stereotip mengenai tipe kepribadian seseorang yang dilihat dari ciri-ciri mereka.
Kendati demikian, meski sudah terdengar umum, introvert-ekstrovert sering salah diartikan. Banyak anggapan-anggapan yang tidak benar menyertainya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam menyimpulkan introvert-ekstrovert tersebut.
“Introversi dan ekstroversi merupakan ciri-ciri kepribadian dan seringkali dipengaruhi oleh sifat dan pengasuhan. Karena banyak dibicarakan di kalangan bisnis, sosial, dan hubungan, sering kali disalahartikan,” Dr. Juli Fraga, Psy.D.
Dilansir dari Healthline, berikut beberapa hal yang disalahartikan mengenai introvert-ekstrovert.
Hanya ekstrovert yang pandai bersosialisasi
Kesalahan pertama, banyak orang mengatakan bahwa orang yang pada bersosialisasi adalah orang yang ekstrovert. Sementara introvert sulit bersosialisasi. Pada kenyataannya, introvert-ekstrovert bukan tentang bagaimana mereka bersosialisasi atau tidak.
Menurut dokter Fraga, introvert juga menikmati bersosialisasi, namun mereka memiliki tingkat tolerasi yang berbeda. Mereka akan aktif seperti orang biasanya, namun juga membutuhkan waktu tertentu untuk menyendiri dan mengisi energi.
Hal ini berbeda dengan ekstrovert yang mengisi energinya dengan berinteraksi dengan orang-orang.
“Tentu saja ada korelasinya, tapi tidak selalu demikian,” kata Dr. Fraga.
Introvert tidak mengambil risiko
Dokter Fraga mengatakan bahwa ketakutan dan keinginan merupakan hal yang berbeda dari tipe kepribadian, seperti introvert-ekstrovert. Seorang introvert memiliki waktu untuk merenung dan mempertimbangkan tentang apa yang sebenarnya mereka minati atau tidak. Setiap hal memiliki risikonya masing-masing.
Ekstrovert lebih bahagia
Baik menjadi introvert maupun ekstrovert tidak membuat menjadi lebih baik atau lebih buruk. Mereka memiliki sumber bahagia dan kesedihan masing-masing. Namun, tentu akan berat jika mereka mencoba bertindak berlawanan dengan diri mereka hanya untuk menyenangkan orang lain.
Introvert rentan terhadap penyakit mental
Untuk menentukan apakah seseorang memiliki kecenderungan memiliki penyakit mental, tidak dilihat dari apakah ia merupakan sosok yang introvert atau ekstrovert. Dokter Fraga mengatakan bahwa seorang terapis perlu melihat banyak faktor lainnya, seperti biologi, trauma masa kanak-kanak, riwayat keluarga, dan temperamen secara keseluruhan.
Ekstrovert lebih percaya diri
Kepercayaan diri dan keyakinan bergantung pada dengan siapa mereka ingin menghabiskan waktu. Introvert maupun ekstrovert akan percaya diri jika berinteraksi dengan orang-orang yang membuat mereka nyaman. Mereka akan yakin dengan semua hal yang membuat mereka merasa baik dan bahagia.
Introvert itu pendiam
Introvert tidak selalu pemalu dan pendiam. Mereka hanya memiliki waktu tertentu untuk mengisi energi dengan menyendiri. Namun, saat mereka sudah mengembalikan energinya, seorang introvert juga dapat berbicara banyak hal dengan orang-orang yang membuatnya nyaman.
“Mereka diam sampai Anda mengenal mereka. Luangkan waktu Anda dengan para introvert dan bergaullah dengan mereka dalam suasana yang lebih kecil,” ujar dokter Fraga.
Demikian beberapa hal yang sering disalahartikan tentang introvert-ekstrovert. (*)
Komentar