SMJTimes.com – Ada beberapa orang yang memiliki ketakutan ekstrem pada suatu hal tertentu. Ketakutan ini biasanya dikenal dengan fobia. Fobia menyebabkan respons fisik, mental dan emosional yang kuat. Seseorang yang dihadapkan oleh pemicu fobianya akan merasa sangat cemas, kemudian berusaha untuk menjauhinya. Bahkan, hal itu dapat memengaruhi tindakannya.
Hal yang memicu reaksi fobia beragam, meliputi suatu objek, makhluk hidup, tempat, atau situasi tertentu. Dibandingkan gangguan kecemasan umum, fobia lebih disebabkan karena suatu hal yang spesifik sifatnya.
Fobia beda dengan rasa cemas biasa. Perasaan cemas biasa mungkin muncul pada kondisi-kondisi tertentu saja, seperti saat mengikuti ujian atau presentasi dengan atasan. Sementara itu, fobia bisa bertahan lama. Beberapa mungkin tidak berbahaya, namun tanpa terapi fobia bisa mengganggu aktivitas dan interaksi sosial.
Ada tiga jenis fobia yang umum dimiliki;
- fobia spesifik, contohnya Claustrophobia yaitu takut terhadap hubungan seksual, Hemophobia yaitu rasa takut berlebihan pada darah, Arachnophobia yaitu rasa takut berlebihan pada laba-laba dan sebagainya.
- Fobia sosial yang merupakan rasa takut berlebihan ketika berada dalam situasi sosial, yakni saat bertemu dengan orang baru, berbicara di depan orang banyak.
- Agorafobia yang menyebabkan penderitanya menghindari tempat dan situasi tertentu, seperti takut meninggalkan rumah dalam waktu yang lama, takut jika berada sendirian di tengah keramaian, serta takut terhadap tempat yang membuatnya sulit lari atau menyelamatkan diri.
Penyebab fobia
Dilansir dari laman Mind, terdapat beberapa penyebab seseorang mengalami fobia. Salah satunya adalah insiden atau trauma masa lalu. Mengalami situasi yang traumatis mungkin akan membuat ingatan anda merekam ketakutan yang sama ke depannya. Misalnya, saat anda pernah terjebak di dalam lift, mungkin anda akan mengalami fobia di tempat tertutup.
Penyebab lainnya adalah respon yang dipelajari sejak kecil. Fobia berkembang dari faktor-faktor di lingkungan dimana anda tumbuh dan berkembang. Sebagai contoh, memiliki orang tua yang sangat khawatir akan memengaruhi cara anda mengatasi kecemasan dan ketakutan di kemudian hari. Selain itu, faktor genetik juga berpengaruh. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua rentan mengembangkan fobia kepada anaknya atau keluarga lainnya.
Penyebab lainnya adalah stres jangka panjang. Stres dapat menimbulkan perasaan cemas dan depresi. Ini dapat mengurangi kemampuan anda untuk mengatasi situasi tertentu, kemudian membuat anda merasa lebih takut atau cemas untuk berada dalam situasi itu lagi. Dalam jangka panjang, ini bisa berkembang menjadi fobia.
Beberapa orang yang memiliki fobia tertentu memilih untuk menghindari objek atau situasi pemicu. Namun, saat fobia mulai memengaruhi aktivitas dan interaksi sosial anda, dapatkan bantuan dari profesional untuk mengatasinya. (*)
Komentar