SMJTimes.com – Dewasa ini, semakin banyak para pelaku UMKM memanfaatkan tren berjualan di media sosial. Salah satu strategi yang akhir-akhir ini banyak diterapkan oleh pemilik bisnis adalah community commerce, yakni cara untuk memanfaatkan pengaruh media sosial untuk mendapat lebih banyak interaksi dari audiens atau calon pembeli.
Sebuah studi dari WARC, Publicis dan TikTok menyebutkan, community commerce mengkaitkan konten menarik dan merek produk. Konten ini umumnya ada di platform media sosial, seperti Instagram, TikTok, Facebook dan sebagainya. Dilansir dari Forbes, 70% konsumen terdorong membeli produk yang ditawarkan lewat konten autentik di media sosial, meski mereka sedang tidak ingin membeli produk.
Kepercayaan menjadi kunci community commerce
Faktor kepercayaan menjadi poin penting dalam konsep community commerce ini. Kepercayaan ini datang dari komunitas, seperti keluarga, teman dan orang-orang terdekat yang secara langsung, maupun tidak langsung memberikan jaminan keamanan dan rekomendasi. Sementara itu, influencer juga berperan untuk memengaruhi perilaku belanja para pengikutnya. Para pengikut menjadikan influencer sebagai pihak yang dikenal dan dipercayai di beberapa bidang.
Dilansir dari Kompas, Incubation Lead TikTok Shop Indonesia, Vonny Ernita Susamto mengatakan, community commerce merupakan bagian dari social commerce, yang didorong oleh kreator yang melakukan pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth).
“TikTok ada di persimpangan antara commerce, konten yang menghibur, dan komunitas, di mana sebuah konten organik bisa menjadi trending secara cepat, dan menciptakan permintaan secara global,” jelas Vonny.
Pemilik bisnis akan membuat konten menarik yang autentik untuk menarik calon pembeli di media sosial, kemudian mereka akan menyelipkan merek produk untuk berjualan setelah mendapatkan follower. Menurut Head of Small Business TikTok Indonesia, Pandu Nitiseputro, interaksi antar brand, kreator, dan komunitas inilah yang akhirnya mendorong keputusan konsumen untuk berbelanja.
Dikutip dari Forbes, kesuksesan perdagangan di media sosial berada di ukuran audiens, bukan tentang produksi barang dan gudang. Community commerce mendorong jenis perdagangan yang dipengaruhi oleh adanya komunitas, hasrat, keyakinan, dan minat bersama. Kemudian, baru lah unsur perdagangan ditambahkan.
Komentar