SMJTimes.com – Tertawa membuat perasaan lebih bahagia dan sering kali membuat kita melupakan kesedihan. Menjalani kesibukan sehari-hari yang terkesan repetisi membuat kita sering kali mudah jenuh. Oleh karena itu, candaan dan tawa dibutuhkan untuk merilekskan otot-otot di wajah yang tegang.
Di dalam Islam, Rasulullah juga terkadang tersenyum dan tertawa saat bercanda dengan para sahabat dan anak kecil. Dilansir dari laman Muslim, pernah Rasulullah bercanda dengan seorang nenek. Peristiwa ini diriwayatkan oleh Al-Hasan radhiallahu ‘anhu;
“Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Anu! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan: (35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. (36) Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya umurnya,” (QS Al-Waqi’ah).
Berdasarkan Riwayat tersebut, bercanda dan tertawa tetap diperbolehkan dalam Islam. Namun, jika dilontarkan secara berlebihan dan secara terus-menerus, maka tawa tersebut dapat mematikan hati.
Rasulullah pernah bersabda, “Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati,” (HR. Tirmidzi)
Terlalu banyak bercanda membuat hati susah menerima kebenaran dan sulit tersentuh dengan kelembutan. Selain mematikan hati, terlalu banyak tawa juga dapat membuat seseorang kehilangan wibawanya, serta melalaikan banyak hal penting dalam hidup.
Al-Mawardi rahimahullah pernah berkata;
“Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak tertawa, maka hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari melihat hal-hal yang penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu tidak akan memiliki kedudukan dan martabat.”
Sejatinya, kehidupan di dunia ini singkat, sehingga disrasa kurang bijak jika dihadapi dengan terlalu banyak bercanda dan tertawa. Ada kalanya perlu keseriusan, terutama serius dalam beribadah dan menyiapkan bekal di akhirat nantinya.
Kehidupan yang bahagia tidak didapatkan dengan terlalu banyak tertawa, melainkan dari ketentraman hati dan jiwa.
Komentar