SMJTimes.com – Berbicara jujur merupakan suatu hal yang kadang terasa sulit, meski terkesan sederhana. Tak jarang orang memilih mengatakan kebohongan untuk beberapa maksud, seperti enggan menyakiti orang lain dengan kejujurannya.
Namun, ada pula seseorang yang sengaja berbohong untuk menutup-nutupi sesuatu, hingga memiliki keinginan untuk menjatuhkan orang lain dengan kebohongannya. Sehingga, akan sangat membantu untuk jika mengetahui bagaimana ciri-ciri orang yang berbohong. Salah satunya lewat gestur tubuh yang merupakan cara komunikasi non-verbal.
Seperti dikutip dari laman Entrepreneur, komunikasi non-verbal dianggap dapat mendeteksi apakah seseorang berbohong atau tidak. Komunikasi non verbal mencakup cara berkomunikasi tanpa kata, seperti ekspresi wajah hingga gestur tubuh. Dua hal tersebut merupakan kode atau sinyal yang mencerminkan perasaan seseorang dari waktu ke waktu.
Dikutip dari Kompas, ekspresi mikro merupakan ekspresi wajah yang terjadi dengan sangat cepat, seperti reaksi alami terhadap situasi yang tidak disengaja. Ekspresi mikro ini menjadi cara untuk mengukur emosi otentik yang sebenarnya dialami oleh orang lain.
Seorang psikolog Bernama Paul Ekman menuturkan, ketika orang mencoba untuk menyembunyikan perasaan, ekspresi tersebut berkurang waktunya dari beberapa detik menjadi sepersepuluh detik, sehingga anda mungkin bisa melewatkannya jika berkedip.
“Kebanyakan orang tidak mengenali emosi yang ditunjukkan dalam ekspresi mikro ini. Tapi orang bisa belajar untuk melihatnya,” ujarnya.
Beberapa gestur bahkan mengartikan perasaan seseorang secara tidak langsung, seperti menyilangkan kaki dapat mengindikasikan bahwa seseorang sedang membutuhkan privasi atau menutup diri, Duduk terlalu jauh ke belakang menunjukkan ketidaktertarikan, sementara mencondongkan tubuh ke depan menunjukkan ketertarikan.
Begitu juga dengan gestur berbohong. Seorang ahli dalam ekspresi mikro, gerak tubuh, perilaku nonverbal, budaya, dan emosi, David Matsumoto menjelaskan bahwa untuk dapat mendeteksi kebohongan, diperlukan pengamatan pada orang lain.
Tidak Konsisten antara bahasa verbal dan non-verbal
David Matsumoto mengatakan, saat bahasa tubuh dan komunikasi verbal selaras, kata-kata yang yang diucapkan akan memiliki nilai yang jauh lebih tinggi. Sebaliknya, ketika komunikasi non-verbal tidak sesuai dengan kata-kata, orang cenderung mengabaikan perkataan, kemudian beralih pada bahasa tubuh kita.
Timbul Emosi Negatif
Penelitian menunjukkan bahwa saat orang berbohong, mereka mengalami emosi negative. Mereka sadar bahwa kata-katanya merupakan sebuah kebohongan, dan secara otomatis akan merasa adanya penghinaan terhadap diri sendiri atau terhadap situasi yang memaksa mereka berbohong.
Hal itu dikarenakan karena ada beberapa orang berbohong untuk melindungi diri mereka sendiri atau orang lain dari hukuman. Orang terdorong untuk mengatakan kebohongan karena memiliki alasan dan tujuan. Mereka semua juga didorong oleh emosi yang tidak mungkin disembunyikan sepenuhnya dan akan ditampilkan secara non-verbal.
Dalam beberapa kasus, mereka berbohong untuk menghindari situasi yang memalukan atau tidak nyaman atau meningkatkan harga diri di mata orang lain.
Merasa gelisah
Mengatakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan akan menyebabkan stres dan emosi yang dapat memberikan lebih banyak kegelisahan. Hal ini juga dapat memunculkan gerakan yang tidak biasa.
Ketika kita merasa seseorang tidak jujur, cobalah amati untuk melihat ketidaksesuaian emosional. Ketidaknyamanan/kegelisahan dapat muncul, termasuk kemarahan, penghinaan, rasa jijik, ketakutan, dan kesedihan.
Dikutip dari Halodoc, beberapa tanda non-verbal yang bisa mengindikasikan seseorang berbohong, yaitu sering menyentuh hidung, perubahan pada nada suara, sering mengusap belakang leher, sering menutup mulut, sering memalingkan pandangan dan banyak berkedip.
Meski begitu, perlu diingat bahwa tanda-tanda tersebut hanya berupa kemungkinan, bukan konfirmasi kebohongan. Deteksi kebohongan memiliki proses yang rumit dan tidak sesederhana mengamati seseorang menyentuh hidungnya, sehingga perlu praktik, observasi, pengalaman dan pelatihan yang mencukupi.(*)
Komentar