SMJTimes.com – Cerita fiksi tentang pencintaan atau genre romance memang banyak digemari oleh banyak orang. Tak jarang ditemukan film-film maupun novel yang membahas tentang kisah cinta anak muda selalu laris dipasaran. Cerita romansa tersebut banyak menawarkan kisah cinta yang diidamkan oleh sebagian besar orang, apalagi jika tokoh-tokohnya digambarkan dengan sempurna oleh sang penulis. Sehingga, tak heran jika banyak orang yang jatuh cinta pada sosok karakter fiksi di komik, novel, game, kartun, hingga anime. Hal ini lah yang disebut dengan fictophilia.
Apa itu fictophilia?
Fictophilia atau fictosexuality merupakan sebutan untuk orang yang tertarik secara emosional dan seksual terhadap karakter fiksi. Seseorang dengan fictophilia merasa jatuh cinta hingga punya hasrat untuk menjalin hubungan spesial dengan karakter fiksi pujaannya.
Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi?
Seseorang mungkin mengalami pengalaman dan masalah cintanya masing-masing. Entah karena takut dengan penolakan, kekecewaan dalam hubungan, hingga perpisahan mampu membuat seseorang merasa putus asa berada di suatu hubungan asmara. Saat seseorang mengalami keputus-asaan dalam menjalin hubungan tersebut, sebagian orang memilih untuk menghibur diri. Dalam kasus ini, mereka membangun sebuah fantasi dengan karakter fiksi pujaannya.
Mengutip The Debrief, menjalin kasih dengan karakter fiksi tidak memungkinkan adanya penolakan. Bagi orang yang takut ditolak, dorongan fictophilia menjadi salah satu pilihan yang diminati. Hal itu membuat individu merasa lebih percaya diri menjalani hubungan tersebut.
Dilansir dari Tempo, antropolog Agnès Giard menyebutkan, kebebasan pribadi untuk terhubung dengan karakter fiksi mendorong beberapa orang ke jenis hubungan tersebut. Sebab, mereka tidak harus berurusan dengan orang yang toxic atau mengalami hubungan kandas. Sementara itu, bagi beberapa orang yang pernah mengalami luka perasaan mendalam saat menjalani hubungan percintaan, melihat hubungan fictophilia sebagai solusi.
“Bagi orang umumnya, rela menghabiskan uang, waktu, energi untuk seseorang yang bahkan tidak hidup akan tampak bodoh. Namun bagi pencinta karakter fiksi, praktik ini dipandang bernilai. Itu membuat dirinya merasa hidup bahagia, berguna, dan punya tujuan,” kata Giard.
Komentar