Dampak Menutup Mata Anak Saat Menonton Adegan Berating Dewasa di Film

Bagikan ke :

SMJTimes.com – Quality time dengan keluarga dapat dilakukan dengan menonton film bersama anak. Sebagai orang tua, sudah wajib bagi kita untuk memfilter apa saja yang layak ditonton oleh buah hati dan mendampingi mereka saat menonton film untuk memberikan pengawasan terhadap sesuatu yang akan mempengaruhinya. Namun, kadang kala ditemukan adegan film yang dikategorikan memiliki rating dewasa, seperti adegan ciuman yang tidak sengaja terputar di depan mata anak yang belum berusia legal.

Saat kejadian, sebagian besar orang tua spontan menutup mata buah hatinya. Lantas, apakah benar menutup mata anak saat melihat adegan berating dewasa menjadi pilihan yang benar?

Dilansir dari CNN Indonesia, seorang Psikolog klinis anak dan keluarga Anna Surti Ariani menjelaskan bahwa menutup mata anak saat tidak sengaja melihat sebuah adegan dewasa akan meningkatkan rasa penasaran dan kaingintahuan mereka.

Larangan tersebut mungkin saja tak lantas membuat mereka menurut, justru mereka semakin ingin mencari tahu ke orang lain.

“Memang ada orang-orang yang melarang karena takut. Bukan untuk mengundang penasaran, tapi memang takut anaknya mengalami hal-hal tertentu. Anak, tuh, kalau dilarang-larang malah tambah penasaran,” tutur Anna.

Oleh sebab itu, saat anak merasa penasaran dan bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan adegan dewasa tersebut, anda tidak dianjurkan untuk mengalihkan pembicaraan. Meski fokus mereka bisa teralih, namun rasa penasaran tersebut tidak terpuaskan sebelum mendengar penjelasan anda.

Sebaliknya, Anna merekomendasikan agar orang tua mengajak anak berdiskusi lebih dalam.

Obrolan ini dibutuhkan agar anak anda tidak salah kaprah. Rasa penasaran yang belum diselesaikan kadang membuat anak anda berusaha mencari tahu tentang sesuatu melalui sumber-sumber lain yang kurang tepat tanpa anda ketahui.

“Kalau misalnya anak punya pertanyaan, dia punya kebingungan, dia punya hal-hal yang menarik buat dia, lalu dia merasa bahwa orang tuanya enggak bisa diajak ngobrol soal ini, dia pasti akan cari ke orang lain. Belum tentu orang lain itu adalah orang yang bertanggung jawab,” jelas Anna.

Ia juga menyebutkan bahwa salah satu peran orang tua adalah menjadi sumber pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan bagi buah hati. Tujuannya adalah agar anak tidak mencari tahu kepada orang lain. Bahayanya, kalau mereka mendatangi orang yang tidak bertanggungjawab untuk mendapatkan penjelasan.

“Kalau misalnya kita enggak bisa jadi orang tua yang menjadi sumber pengetahuan bagi anak kita, ya, jangan salahin kalau dia cari-cari ke tempat yang enggak bertanggung jawab,” tutur Anna.

Anna juga mendorong agar orang tua terus belajar dan mengembangkan berbagai pengetahuan, serta ketrampilan. Ini dirasa penting karena jika anak membutuhkan penjelasan yang membuatnya bingung dan penasaran, orang tua bisa membantunya mendapatkan informasi. Tentu saja dengan teknik yang mudah diterima oleh anak seusia mereka.

“Wawasan kita sebagai orang tua harus ditambah, keterampilan kita sebagai orang tua harus ditambah, supaya kalau anak melakukan hal-hal semacam itu atau tanpa sengaja ada isu-isu seksualitas yang dia alami, ya, orang tua bisa bantu,” pungkasnya.

Komentar