SMJTimes.com – Hujan deras yang mengguyur wilayah Jawa Timur pada Minggu (5/3) disebabkan oleh badai bow-echo. Erma Yulihastin yang merupakan peneliti BRIN menyebutkan bahwa ada sistem badai bow-echo yang sedang terbentuk di wilayah tersebut. Erma menyampaikan informasi tersebut melalui cuitannya di Twitter.
“Hujan di Jatim malam ini menunjukkan pola bumerang yg menunjukkan sistem badai bow-echo sedang terbentuk di sana. Di sepanjang garis panah merah, angin kencang biasanya terjadi. Sistem hujan ini pada awalnya dibentuk dari sel-sel tunggal hujan di bagian selatan tadi sore,” tulisnya.
Sebuah gambar berwarna turut disematkannya guna menunjukkan intensitas hujan rendah hingga tinggi di sebagian wilayah tengah hingga utara Jawa Timur.
“Begitu tinggi dinamika hujan ekstrem di wilayah kita, dibuktikan dari bagaimana sel-sel kecil bisa saling bergabung dan meluas secara cepat membentuk badai bow-echo,” tulis Erma lagi.
Hujan di Jatim malam ini menunjukkan pola bumerang yg menunjukkan sistem badai bow-echo sedang terbentuk di sana. Di sepanjang garis panah merah, angin kencang biasanya terjadi. Sistem hujan ini pada awalnya dibentuk dari sel-sel tunggal hujan di bagian selatan tadi sore. pic.twitter.com/iUqDQPzQWy
— Dr. Erma Yulihastin (@EYulihastin) March 5, 2023
Dikutip dari situs National Weather Service Amerika Serikat, bow-echo merupakan bentuk kumpulan hujan saat angin kencang mencapai permukaan, kemudian menyebar secara horizontal.
Dikutip dari CNN Indonesia, istilah ‘bow-echo’ atau gema busur berdasar pada kumpulan hujan atau badai petir membentuk ‘busur’ saat angin kencang tersebut. Udara yang semakin padat dan dingin lalu menyentuh permukaan saat hujan itu menyebar. Hal tersebut memaksa udara yang lebih lembab dan hangat naik ke atmosfer.
Batasan antara udara yang hujan yang dingin dan udara yang lembab dan hangat disebut dengan gust front. Udara yang naik karena gust front tersebut menimbulkan formasi sel badai baru berikutnya. Saat sel tersebut berkembang, hujan yang diproduksi membentuk ‘kolam’ udara hujan-dingin, yang menyebabkan gust front dapat tetap kuat. Gust front tersebut akan tetap ada selama ada sel baru badai terbentuk. Sel-sel itu akan menggantikan sel badai yang terdisipasi. Ukuran awan cumulonimbus yang ada pada sistem bow-echo akan membesar dan menyebabkan meluasnya area yang terkena hujan.
Bow-echoes biasanya terjadi, 46 persen berasal badai yang tidak terorganisir, 30 persen berasal dari garis badai, dan sekitar 24 persen dari badai petir supercell. Namun, jika bow-echo berkembang lebih dari 250 mil (400 kilometer) dengan hembusan angin meluas hingga 58 mph (93 km/jam) atau lebih, maka badai tersebut dapat diklasifikasikan sebagai derecho.
Komentar