Pati, SMJTimes.com – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati meminta pemerintah lebih serius mendorong standar mutu komoditas pertanian di Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Sutarto Oenthersa dalam menanggapi berbagai kebijakan pemerintah yang akan membuka keran impor di beberapa sektor pertanian. Diantaranya impor beras dan impor garam.
Sebelumnya, sempat ada wacana pemerintah akan mengimpor garam jenis bahan baku industri sebanyak 3 juta ton dikarenakan stok garam nasional menipis.
Selain itu, belum lama ini pemerintah juga berencana mengimpor 1 juta ton beras dikarenakan penyerapan beras dari Perum Bulog kurang maksimal.
Untuk mengatasi kekurangan persediaan garam maupun beras. Menurut Sutarto, Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah perlu memberi solusi dari hulu ke hilir. Sehingga persediaan kebutuhan hasil pertanian dalam negeri tidak mengharuskan impor.
“Pemerintah harus menangani masalah kurangnya persediaan serapan beras lokal maupun garam lokal bersama dengan petani, sebagaimana mereka merupakan produsen komoditas tersebut,” ungkap Sutarto saat dihubungi, Kamis (1/4/2021).
Perlu diketahui, sejauh ini garam yang mampu diproduksi petani adalah garam kebutuhan konsumsi. Pemerintah mengaku jika garam rakyat dianggap belum mampu menyamai kualitas garam industri.
Permasalahan berikutnya adalah rendahnya serapan gabah. Fakta di lapangan memperlihatkan jika serapan gabah tidak mampu mencukupi kebutuhan cadangan beras, sehingga memaksa pemerintah merencanakan impor beras. Pasalnya pemerintah menyebut beras dari petani lokal memiliki standar mutu yang rendah lantaran kadar airnya tinggi.
Ia menegaskan jika permasalahan yang terjadi disebabkan karena buruknya kualitas. Sehingga pemerintah perlu memprioritaskan kebijakan dalam menjaga kualitas beras maupun garam nasional.
Permasalahan tersebut dapat diatasi secara bijak tanpa harus impor. Wacana impor hanya akan menciderai para petani lokal.
“Apabila permasalahan tersebut langsung direspons dengan mengambil langkah impor, maka petani akan merugi karena produknya kalah saing dengan produk impor,” pungkasnya. (Adv)
Komentar